Jumat, 23 Oktober 2009

Susuk chip sebagai solusi Network Security dan Accessibilty





Keamanan merupakan isu utama dalam dunia jaringan. Kerahasiaan dan perlindungan aset menjadi perhatian semua pihak yang berkepentingan. Berbagai cara telah dikembangkan untuk membangun keamanan jaringan yang baik. Mulai dari password berlapis, firewall dan lain sebagainya.

Peningkatan keamanan jaringan ternyata mempunyai trade off dengan accesiblity ( kenyamanan ) dari pengguna jaringan tersebut. Hal ini dapat kita lihat pada grafik dibawah ini.


Sesuai grafik terlihat bahwa tingkat keamanan berbanding terbalik dengan accessibility suatu jaringan. Selalu ada trade off dari pilihan yang dilakukan. Ketika kita menerapkan tingkat keamanan yang tinggi, misal dengan password berlapis, sering terdapat user yang direpotkan oleh konfirmasi keamanan yang berkali-kali. Dan ketika memprioritaskan kenyamanan user dengan penerapan password sederhana, pengamanan akan menurun kualitasnya. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya akun-akun jejaring sosial yang di’hack’ dan diisengi kontennya.

Untuk mengatasi ini selalu dilakukan pengembangan sistem keamanan yang lebih baik, namun juga tidak mengurangi kenyamanan user. Salah satu yang mungkin dicoba adalah penanaman chip kedalam tubuh manusia ( misal : tangan ) yang berisi dan dapat memancarkan informasi khas mengenai user tertentu yang terhubung dengan jaringan tertentu. Ketika user mencoba mengakses jaringan, peralatan pengenal yang dirancang khusus akan mengenali gelombang khas yang dipancarkan chip tersebut. Sehingga user mungkin hanya cukup melakukan proses authentifikasi sederhana tanpa harus melakukan tahap sekuriti berbelit-belit.

Mungkin teknologi ini masih mahal dan masih dalam pengembangan. Penulis menemukan metode ini dari melihat acara di televisi yang menyatakan seorang profesor di amerika mendesain sebuah chip silikon dan menanamnya kedalam tubuhnya. Dalam uji coba nya chip ini berisi informasi khusus dan pengenal diri yang terhubung dengan jaringan dan internet. Misalnya ketika memasuki kampus, pintu akan otomatis terbuka ketika mengenali gelombang yang di pancarkan chip tersebut dan semua peralatan kantor seperti langsung online.

Jika dikembangkan lebih lanjut, mungkin akan sangat berguna tidak hanya dalam sekuritas jaringan, namun juga kehidupan sehari-hari manusia.

Ditulis oleh: Sakti Pratama 0606074331

Tugas Keamanan jaringan

Kamis, 22 Oktober 2009

Sulitnya Menjadi Hacker yang Beretika ( copy )

Pada zaman sekarang ini banyak orang yang menganggap hacker adalah seorang kriminal. Hacker dianggap sebagai orang yang masuk ke dalam sistem tanpa izin, kemudian melakukan perusakan, pencurian, penipuan, dan hal buruk lainnya. Definisi hacker menjadi semakin bergeser konotasinya menjadi negatif.

Hacker didefinisikan sebagai orang-orang yang gemar mempelajari seluk beluk system komputer dan bereksperimen dengannya. Dari definisi diatas terlihat bahwa tidak ada konotasi negatif tentang hacker. Namun bagaimana dengan pandangan dan definisi sebagian besar orang tentang hacker saat ini? Apakah mereka menganggap definisi di atas masih sesuai?

Hal di atas terjadi karena semakin bermunculannya para hacker yang tidak beretika yang melakukan pekerjaan hacking hanya untuk merusak, mencuri, atau melakukan kegiatan kriminal lainnya. Kemunculan hacker tak beretika dimulai dengan adanya aksi hacker legendaris Captain Zap alias Ian Arthur Murphy yang berhasil meng-hack perusahaan telekomunikasi besar AT&T. Semenjak peristiwa itu semakin banyak hacker yang menjadi tidak mematuhi kode etik yang semula sudah ditetapkan untuk dipatuhi oleh para hacker.

Sekarang ini mulai sulit sekali ditemukan hacker-hacker sejati yang masih mentaati etika hacker. Hal ini mungkin disebabkan karena besarnya godaan yang ditawarkan apabila seorang hacker berhasil menembus suatu sistem komputer yang dimiliki oleh perusahaan yang cukup besar. Tidak hanya uang yang dicari oleh para hacker, melainkan juga popularitas, dan juga kesenangan pribadi.

Jenis hacker yang tak beretika paling banyak saat ini biasanya memiliki salah satu dari tiga motivasi yang telah di sebutan di atas. Hacker yang mencari uang adalah dengan cara meng-hack sistem dari perusahaan dan bank kemudian memindai atau mengacak sistem tagihan atau rekeningnya. Ada juga hacker yang hanya mencari popularitas dengan menggunakan nama samaran dan merusak sistem, tetapi tidak mencuri. Dan terakhir hacker yang mencari kesenangan pribadi, contohnya mengambil keutungan dari sistem yang di-hack (bayangkan apabila anda seorang mahasiswa dapat masuk ke sistem penilaian universitas), mengerjai orang yang tidak disukai, ataupun hanya perbuatan iseng semata.

Seorang hacker sejati, selain harus memiliki kepintaran dan logika yang baik, juga harus didukung oleh nurani yang baik. Apabila seseorang ingin menempuh jalan hidup sebagai seorang hacker hendaknya ia mematuhi etika yang berlaku, meskipun itu tidak mudah (karena banyak godaan yang menghadang). Seorang hacker yang beretika adalah pekerjaan yang sangat sulit, namun akan sangat mulia apabila pekerjaan itu dapat dijalankan dengan semestinya, sesuai dengan etika yang berlaku. Apalagi digunakan untuk tujuan yang lebih baik dan kebaikan orang banyak.

Disadur oleh: Sakti Pratama ( 0606074331)
dari postingan blog created by : Teddy Febrianto (0606029486)
http://teddyfeb.blogspot.com/
sumber : film Hacker Outlaws and Angels